oleh: Miftahul Khoiriyah Al Istiqomah
(10 November 2013)
Sakralitas tafsir
Muharram
Beberapa waktu
lalu, kita memasuki tahun baru dalam kalender
Hijriyah. Tepatnya 1 Muharram 1453 H. Seperti tak ada yang istimewa dan mungkin sangat biasa
bagi kebanyakan orang—dalam rentang
pengamatan subjektif penulis. Perbedaannya hanya terlihat dari
kegiatan institut pendidikan yang diliburkan dari kegiatan rutinnya sebagai
penghormatan kepada agama Islam atau mereka yang memeluk agama Islam.
Sangat disayangkan sebenarnya, sebab ini jauh berbeda dengan antusias masyarakat muslim ketika
pergantian tahun Masehi itu tiba. Banyak yang rela bersusah
payah untuk bisa menikmati pergantian tahun itu
disebuah tempat yang dirasa lebih indah dan jarang untuk dikunjungi. Suara
kembang api yang dimainkan juga terdengar disetiap sudut bahkan di daerah
pedesaan sekalipun. Walau proses
perayaan ini terkesan berlebihan dan lebih mengarah pada gaya hura-hura, Bagi penulis ini menjadi sebuah keresahan tersendiri.
Bukan diukur
berdasarkan mewah tidaknya kita memberikan penghormatan, tapi bagaimana kita
memaknai peristiwa-peristiwa yang sakral itu. Mungkin bagi kebanyakan orang tak
merasa ini sebuah keresahan atau bahkan tak berfikir bahwa hal ini perlu untuk
difikirkan. Sikap kita yang seolah sengaja maupun tidak sengaja untuk melupakan
keromantisan dan keistimewaan hari-hari besar Islam itu menimbulkan rasa
khawatir tentang eksistensi kita sebagai sekumpulan muslim. Hal sederhana yang
mungkin tak semua orang lakukan adalah memanjatkan doa pada masa pergantian
tahun baik pada akhir tahun maupun awal tahun baru Islam. Terlebih kekhawatiran penulis mengarah pada pikiran orang yang tak tahu bahwa bulan Muharram merupakan
bulan awal tahun baru Hijriyah. Khawatir pula jika dirasa bahwa bulan itu sama dengan
bulan-bulan lainnya yang tidak ada keistimewaan pada saat itu.
Menengok kisah para Nabi
Ampunan Pada Adam
Jika melihat pada
sejarah Islam, saat dimana kita masih belum hadir untuk melihat dan menikmati
kehidupan di dunia ini telah banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi,
namun sebenarnya tidak kurang dari berbagai referensi untuk menggali
pengetahuan akannya. Pada bulan Muharaam misalnya, peristiwa-peristiwa penting
banyak terjadi pada saat itu. Nabi Adam dan Ibu Hawa dipertemukan oleh Allah
pada bulan Muharram yang tepatnya berada di bukit Arafah yang telah terpisahkan
selama 200 tahun karena suatu kesalahan. Pada bulan ini Allah menerima taubat Nabi
Adam As. yang telah terlena dengan bujuk rayu syaithan dengan memakan buah
khuldi bersama Ibu Hawa.
Kaum Nabi Nuh
yang terapung
Benar memang Allah
maha pengampun atas segala dosa. Tentu kita juga ingat dengan musibah yang
pernah Allah turunkan kepada Nabi Nuh dan kaumnya. Banjir besar yang terjadi
pada saat itu sehingga Nabi Nuh membuat perahu besar untuk menyelamatkan beliau
dan kaumnya yang tentu diawali dengan cacian para manusia yang merasa bahwa itu
merupakan sesuatu yang konyol. Selama 150 hari perahu yang ditumpangi Nabi Nuh
beserta kaumnya terapung dalam banjir besar. Atas kebesaran Allah maka Nabi Nuh
beserta 77 orang dan sejumlah pasangan binatang serta beberapa bibit tanaman
selamat dari peristiwa banjir itu pada bulan Muharram. Sungguh Allah menampakkan
sebagian kecil dari kebesaranNya pada (Muharram) bulan ini.
Dinginnya api
pada Nabi Ibrahim
Sedikit cerita dari
Nabi Ibrahim juga sempat terjadi pada bulan Muharram. Nabi Ibrahim lahir
sebagai bayi yang suci pada bulan ini serta diangkat sebagai khalilullah (kekasih Allah) juga pada
bulan yang sama. Peristiwa yang menjadi mu’jizat Nabi Ibrahim juga
diperlihatkan pada bulan ini. Dijelaskan pada surat Al-Anbiya’ ayat 69 bahwa
Allah menyelamatkan beliau dari panasnya kobaran api yang menyala. “Wahai api! Jadilah kamu dingin dan
penyelamat bagi Ibrahim”. Api yang dinyalakan oleh raja Namrud berasa
dingin atas kehendak dan kekuasaan Allah.
Kesabaran Nabi
Yusuf dan Ya’qub
Nabi Yusuf yang
merupakan putra dari Nabi Ya’qub juga mengalami sebuah kisah pada bulan yang
sama. Nabi Yusuf yang juga pernah menjadi korban fitnah atas nafsu Zulaikhah,
seorang istri pembesar Mesir pada saat itu. hal ini dijelaskan dalam surat Yusuf
ayat 25-29. Nabi Yusuf dipenjara karenanya dan diselamatkan Allah, keluar dari
penjara juga pada bulan Muharram. Nabi Yusuf Nabi Ya’qub dikenal dengan
kesabarannya dalam menghadapi berbagai cobaan khusunya kesabarannya dalam
menerima penyakit kulit yang cukup lama diderita. Kesabaran Nabi Ya’qub
membuahkan hasil dan tepatnya pada bulan Muharram Allah memberikan kesembuhan atas
penyakit kulit yang dideritanya itu.
Kisah lainnya
Tentang mu’jizat
Nabi Musa yang berupa tongkat dan mampu untuk membunuh ular-ular sihir dari
Fir’aun serta membelah laut merah yang akhirnya menenggelamkan raja Fir’aun.
Penjelasan Allah dalam surat Al-A’raf ayat 107.
Empat kitab yang
turun pada masing-masing zaman dan dengan isi yang berbeda-beda. Allah
menurunkan kitab Zabur untuk Nabi Daud As., kitab Taurat untuk Nabi Musa As.,
kitab Injil untuk Nabi Isa As., dan kitab suci Al Quran untuk Nabi Muhammad
SAW. Salah satu dari keempat kitab ini
diturunkan Allah pada bulan Muharram, yaitu kitab Taurat untuk Nabi Musa As. Nabi
yang terkenal akan kekayaannya adalah Nabi Sulaiman As. selain itu juga
kemahirannya dalam berkomunikasi dengan makhluk Tuhan lainnya yaitu binatang.
Nabi Sulaiman memiliki kerajaan yang sangat besar. Namun akhirnya pada suatu
waktu syaitan bernama Sakhr Al-Marid menguasai kerajaannya selama 40 hari.
Nabi Sulaiman bertaubat dan selalu berdoa kepada sang maha kuasa agar
kerajaannya itu kembali berada dibawah kekuasaannya. Doa itu dikabulkan dan
taubat itu diterima oleh Allah pada bulan Muharram. Tertera dengan jelas dalam
surat Shad ayat 34 “ Dan sungguh Kami
telah menguji Sulaiman dan kami jadikan (dia) tergeletak diatas kursinya
sebagai tubuh (yang lemah karena sakit. Kemudian dia bertaubat”.
Peristiwa Muharram
juga kembali terjadi. Salah satu dari lima Rasul Ulul Azmi, yaitu Nabi Muhammad
SAW., Nabi Isa As., Nabi Musa As., Nabi Ibrahim As., dan Nabi Nuh As. adalah
Nabi Isa yang diangkat oleh Allah kehadiratNya. Ini menjadi perselisihan tentang
benar tidaknya pembaptisan Nabi Isa As. Terjadi perselisihan diantara beberapa
ulama terkait dengan pembunuhan atau pembaptisan seorang Nabi yang bernama Isa.
Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 157-158 yang menjelaskan bahwa
sesungguhnya bukanlah Nabi Isa yang dibunuh atau dibaptis, melainkan seorang
murid yang telah berkhianat dan bernama Yudas Iskariot. “Tetapi Allah telah mengangkat Nabi Isa ke hadiratNya. Allah Maha
Perkasa. Maha Bijaksana.” An-Nisa’ : 158. Ini hanya beberapa peristiwa yang
terjadi pada bulan Muharram, dan tentu masih banyak peristiwa terjadi pada awal tahun Hijriyah
itu.
Sebelum perintah
puasa Ramadlan itu datang, Rasulullah SAW selalu berpuasa pada bulan Asyura’
(Muharram). Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadist dari A’isyah Radliallahu Anha “Dahulu mereka berpuasa
pada hari Asyura’ sebelum diwajibkannya Ramadlan dan saat itu hari ditutupnya
Ka’bah. Ketika Allah SWT mewajibkan Ramadlan, bersabdalah Rasulullah SAW:
Sungguh betapa
mulianya puasa Asyura’ yang merupakan puasa sunnah sebagaimana sabda Rasul:
“sesungguhnya ini adalah hari Asyura’, dan kalian tidaklah
diwajibkan untuk berpuasa padanya, dan saya sedang puasa, jadi barang siapa
yang mau puasa silahkan, yang mau buka juga silahkan.” (H.R. Bukhari Muslim).
Puasa Asyura’ juga
menjadi puasa paling utama setelah puasa Ramadlan. Imam Muslim, Imam Darimi,
Imam Khuzaimah, dan Imam Ahmad meriwayatkan hadist Nabi dari Abu Hurairah Ra.
“puasa paling utama setelah puasa Ramadlan adalah puasa pada bulan Muharram”.
Demikianlah sedikit
cuplikan atas kemuliaan bulan Muharram. Semoga kita semua termasuk hamba yang
mendapatkan kesempatan atas segala kebaikan dan mendapat maghfirah atas segala
kelalaian kita. Mari berdzikir, berfikir, dan beramal sholeh.
Wallahu a’lam
bisshowab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar