Rabu, 13 November 2013

Romantisme Muharram





oleh: Miftahul Khoiriyah Al Istiqomah
(10 November 2013)

Sakralitas tafsir Muharram
Beberapa waktu lalu, kita memasuki tahun baru dalam kalender Hijriyah. Tepatnya 1 Muharram 1453 H. Seperti tak ada yang istimewa dan mungkin sangat biasa bagi kebanyakan orang—dalam rentang pengamatan subjektif penulis. Perbedaannya hanya terlihat dari kegiatan institut pendidikan yang diliburkan dari kegiatan rutinnya sebagai penghormatan kepada agama Islam atau mereka yang memeluk agama Islam. Sangat disayangkan sebenarnya, sebab ini jauh berbeda dengan antusias masyarakat muslim ketika pergantian tahun Masehi itu tiba. Banyak yang rela bersusah payah untuk bisa menikmati pergantian tahun itu disebuah tempat yang dirasa lebih indah dan jarang untuk dikunjungi. Suara kembang api yang dimainkan juga terdengar disetiap sudut bahkan di daerah pedesaan sekalipun. Walau proses perayaan ini terkesan berlebihan dan lebih mengarah pada gaya hura-hura, Bagi penulis ini menjadi sebuah keresahan tersendiri.

Bukan diukur berdasarkan mewah tidaknya kita memberikan penghormatan, tapi bagaimana kita memaknai peristiwa-peristiwa yang sakral itu. Mungkin bagi kebanyakan orang tak merasa ini sebuah keresahan atau bahkan tak berfikir bahwa hal ini perlu untuk difikirkan. Sikap kita yang seolah sengaja maupun tidak sengaja untuk melupakan keromantisan dan keistimewaan hari-hari besar Islam itu menimbulkan rasa khawatir tentang eksistensi kita sebagai sekumpulan muslim. Hal sederhana yang mungkin tak semua orang lakukan adalah memanjatkan doa pada masa pergantian tahun baik pada akhir tahun maupun awal tahun baru Islam. Terlebih kekhawatiran penulis mengarah pada pikiran orang yang tak tahu bahwa bulan Muharram merupakan bulan awal tahun baru Hijriyah. Khawatir pula jika dirasa bahwa bulan itu sama dengan bulan-bulan lainnya yang tidak ada keistimewaan pada saat itu.
Menengok kisah para Nabi
Ampunan Pada Adam
Jika melihat pada sejarah Islam, saat dimana kita masih belum hadir untuk melihat dan menikmati kehidupan di dunia ini telah banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi, namun sebenarnya tidak kurang dari berbagai referensi untuk menggali pengetahuan akannya. Pada bulan Muharaam misalnya, peristiwa-peristiwa penting banyak terjadi pada saat itu. Nabi Adam dan Ibu Hawa dipertemukan oleh Allah pada bulan Muharram yang tepatnya berada di bukit Arafah yang telah terpisahkan selama 200 tahun karena suatu kesalahan. Pada bulan ini Allah menerima taubat Nabi Adam As. yang telah terlena dengan bujuk rayu syaithan dengan memakan buah khuldi bersama Ibu Hawa.
Kaum Nabi Nuh yang terapung
Benar memang Allah maha pengampun atas segala dosa. Tentu kita juga ingat dengan musibah yang pernah Allah turunkan kepada Nabi Nuh dan kaumnya. Banjir besar yang terjadi pada saat itu sehingga Nabi Nuh membuat perahu besar untuk menyelamatkan beliau dan kaumnya yang tentu diawali dengan cacian para manusia yang merasa bahwa itu merupakan sesuatu yang konyol. Selama 150 hari perahu yang ditumpangi Nabi Nuh beserta kaumnya terapung dalam banjir besar. Atas kebesaran Allah maka Nabi Nuh beserta 77 orang dan sejumlah pasangan binatang serta beberapa bibit tanaman selamat dari peristiwa banjir itu pada bulan Muharram. Sungguh Allah menampakkan sebagian kecil dari kebesaranNya pada (Muharram) bulan ini.
Dinginnya api pada Nabi Ibrahim
Sedikit cerita dari Nabi Ibrahim juga sempat terjadi pada bulan Muharram. Nabi Ibrahim lahir sebagai bayi yang suci pada bulan ini serta diangkat sebagai khalilullah (kekasih Allah) juga pada bulan yang sama. Peristiwa yang menjadi mu’jizat Nabi Ibrahim juga diperlihatkan pada bulan ini. Dijelaskan pada surat Al-Anbiya’ ayat 69 bahwa Allah menyelamatkan beliau dari panasnya kobaran api yang menyala. “Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim”. Api yang dinyalakan oleh raja Namrud berasa dingin atas kehendak dan kekuasaan Allah.
Kesabaran Nabi Yusuf dan Ya’qub
Nabi Yusuf yang merupakan putra dari Nabi Ya’qub juga mengalami sebuah kisah pada bulan yang sama. Nabi Yusuf yang juga pernah menjadi korban fitnah atas nafsu Zulaikhah, seorang istri pembesar Mesir pada saat itu. hal ini dijelaskan dalam surat Yusuf ayat 25-29. Nabi Yusuf dipenjara karenanya dan diselamatkan Allah, keluar dari penjara juga pada bulan Muharram. Nabi Yusuf Nabi Ya’qub dikenal dengan kesabarannya dalam menghadapi berbagai cobaan khusunya kesabarannya dalam menerima penyakit kulit yang cukup lama diderita. Kesabaran Nabi Ya’qub membuahkan hasil dan tepatnya pada bulan Muharram Allah memberikan kesembuhan atas penyakit kulit yang dideritanya itu.
Kisah lainnya
Tentang mu’jizat Nabi Musa yang berupa tongkat dan mampu untuk membunuh ular-ular sihir dari Fir’aun serta membelah laut merah yang akhirnya menenggelamkan raja Fir’aun. Penjelasan Allah dalam surat Al-A’raf ayat 107.
Empat kitab yang turun pada masing-masing zaman dan dengan isi yang berbeda-beda. Allah menurunkan kitab Zabur untuk Nabi Daud As., kitab Taurat untuk Nabi Musa As., kitab Injil untuk Nabi Isa As., dan kitab suci Al Quran untuk Nabi Muhammad SAW.  Salah satu dari keempat kitab ini diturunkan Allah pada bulan Muharram, yaitu kitab Taurat untuk Nabi Musa As. Nabi yang terkenal akan kekayaannya adalah Nabi Sulaiman As. selain itu juga kemahirannya dalam berkomunikasi dengan makhluk Tuhan lainnya yaitu binatang. Nabi Sulaiman memiliki kerajaan yang sangat besar. Namun akhirnya pada suatu waktu syaitan bernama Sakhr Al-Marid menguasai kerajaannya selama 40 hari. Nabi Sulaiman bertaubat dan selalu berdoa kepada sang maha kuasa agar kerajaannya itu kembali berada dibawah kekuasaannya. Doa itu dikabulkan dan taubat itu diterima oleh Allah pada bulan Muharram. Tertera dengan jelas dalam surat Shad ayat 34 “ Dan sungguh Kami telah menguji Sulaiman dan kami jadikan (dia) tergeletak diatas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit. Kemudian dia bertaubat”.
Peristiwa Muharram juga kembali terjadi. Salah satu dari lima Rasul Ulul Azmi, yaitu Nabi Muhammad SAW., Nabi Isa As., Nabi Musa As., Nabi Ibrahim As., dan Nabi Nuh As. adalah Nabi Isa yang diangkat oleh Allah kehadiratNya. Ini menjadi perselisihan tentang benar tidaknya pembaptisan Nabi Isa As. Terjadi perselisihan diantara beberapa ulama terkait dengan pembunuhan atau pembaptisan seorang Nabi yang bernama Isa. Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 157-158 yang menjelaskan bahwa sesungguhnya bukanlah Nabi Isa yang dibunuh atau dibaptis, melainkan seorang murid yang telah berkhianat dan bernama Yudas Iskariot. “Tetapi Allah telah mengangkat Nabi Isa ke hadiratNya. Allah Maha Perkasa. Maha Bijaksana.” An-Nisa’ : 158. Ini hanya beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan Muharram, dan tentu masih banyak peristiwa terjadi pada awal tahun Hijriyah itu.    
Sebelum perintah puasa Ramadlan itu datang, Rasulullah SAW selalu berpuasa pada bulan Asyura’ (Muharram). Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadist dari A’isyah Radliallahu Anha “Dahulu mereka berpuasa pada hari Asyura’ sebelum diwajibkannya Ramadlan dan saat itu hari ditutupnya Ka’bah. Ketika Allah SWT mewajibkan Ramadlan, bersabdalah Rasulullah SAW:
barang siapa yang mau puasa (Asyura’) silahkan, barang siapa yang mau meninggalkannya, silahkan.”
Sungguh betapa mulianya puasa Asyura’ yang merupakan puasa sunnah sebagaimana sabda Rasul:
“sesungguhnya ini adalah hari Asyura’, dan kalian tidaklah diwajibkan untuk berpuasa padanya, dan saya sedang puasa, jadi barang siapa yang mau puasa silahkan, yang mau buka juga silahkan.” (H.R. Bukhari Muslim).
Puasa Asyura’ juga menjadi puasa paling utama setelah puasa Ramadlan. Imam Muslim, Imam Darimi, Imam Khuzaimah, dan Imam Ahmad meriwayatkan hadist Nabi dari Abu Hurairah Ra. “puasa paling utama setelah puasa Ramadlan adalah puasa pada bulan Muharram”.
Demikianlah sedikit cuplikan atas kemuliaan bulan Muharram. Semoga kita semua termasuk hamba yang mendapatkan kesempatan atas segala kebaikan dan mendapat maghfirah atas segala kelalaian kita. Mari berdzikir, berfikir, dan beramal sholeh.  
Wallahu a’lam bisshowab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar