Kamis, 05 Desember 2013

Sedikit Tafsiran


Oleh : Miftahul Khoiriyah Al Istiqomah
(05 Desember 2013)
Kebanyakan dari kita sangat anti dengan sebuah hal yang tidak layak disepakati oleh kalangan umum. Apa yang tidak baik menurut kita akan menyandang kata “negative” meskipun tidak menjadi sebuah jaminan pandangan itu diterima oleh manusia selain kita. Segala sesuatu yang sinergi dengan negativitas akan menimbulkan banyak ketakutan karena pikiran kita yang telah terkonstruk atau memang dengan sengaja kita konstruk untuk melinearkan keduanya. Pada masa Orde Baru, sadar atau tidak semua yang hidup pada masa itu sedang diselimuti dengan banyak tekanan serta kebebasan yang sangat terbatas. Pada kaca mata kecil saya sedikit memandang refleksi yang kurang tepat akan peristiwa masa lalu itu menjadi hiasan aktifitas kita untuk saat ini. Mengutip kalimat dalam buku ini yang berjudul “Memahami Negativitas Diskursus tentang Massa, Teror, dan Trauma”. Sebuah kalimat yang kemudian mengingatkan dan menyadarkan saya bahwa ini mirip dengan apa yang saat ini saya alami bersama mereka yang sedikit banyak orang katakan sebagai pejuang. Kalimat ini “takut kebebasan, rindu dikuasai”.

Rabu, 13 November 2013

Romantisme Muharram





oleh: Miftahul Khoiriyah Al Istiqomah
(10 November 2013)

Sakralitas tafsir Muharram
Beberapa waktu lalu, kita memasuki tahun baru dalam kalender Hijriyah. Tepatnya 1 Muharram 1453 H. Seperti tak ada yang istimewa dan mungkin sangat biasa bagi kebanyakan orang—dalam rentang pengamatan subjektif penulis. Perbedaannya hanya terlihat dari kegiatan institut pendidikan yang diliburkan dari kegiatan rutinnya sebagai penghormatan kepada agama Islam atau mereka yang memeluk agama Islam. Sangat disayangkan sebenarnya, sebab ini jauh berbeda dengan antusias masyarakat muslim ketika pergantian tahun Masehi itu tiba. Banyak yang rela bersusah payah untuk bisa menikmati pergantian tahun itu disebuah tempat yang dirasa lebih indah dan jarang untuk dikunjungi. Suara kembang api yang dimainkan juga terdengar disetiap sudut bahkan di daerah pedesaan sekalipun. Walau proses perayaan ini terkesan berlebihan dan lebih mengarah pada gaya hura-hura, Bagi penulis ini menjadi sebuah keresahan tersendiri.

Sholawat: Ranah Perjuangan yang Kesepian

oleh: Miftahul Khoiriyah Al Istiqomah
(06 November 2013)
Keniscayaan dalam normatif
Kita—mau tidak mau—sudah melekat dalam diri ini sebagai insan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) yang sejak awal diajarkan untuk mengamalkan tiga elemen Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Tiga elemen itu adalah ada hablumminallah (hubungan dengan Allah), hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia), dan hablumminalalam (hubungan dengan alam). Ketiganya perlu untuk dilaksanakan secara komprehensif, artinya dengan tidak meninggalkan atau memisahkan salah satunya, karena pada hakikatnya ketiga hal tersebut berakar pada keyakinan kita akan keberadaan dan keEsaan Allah.
Sikap keseimbangan (Tawazun) dalam mengamalkan ketiganya menjadi hal yang tidak mudah—walau bukan hal yang mustahil—untuk diimplementasikan. Ambil contoh bahwa hampir setiap hari kita seolah diresahkan dengan keadaan sosial kita yang mungkin ditafsirkan sebagai hal yang terus-menerus “keliru”, dan mungkin tidak banyak yang berfikir tentang kebaikan yang mungkin terjadi untuk umat dilingkungan sosial kita.

Senin, 10 Juni 2013

Ilmu Hubungan Internasional



Banyak orang yang mengira bahwa mempelajari Hubungan Internasional bukanlah sesuatu yang penting. Mempelajari ilmu Hubungan Internasional juga dirasa sebagai sesuatu yang ada dalam angan-angan belaka. Hal tersebut mungkin karena kata “Internasional” yang ada di dalamnya. Jika melihat lebih dalam terkait kajian studi dalam jurusan ilmu Hubungan Internasional, maka pikiran kita akan terbuka lebar dan kesadaran akan pentingnya mempelajari ilmu Hubungan Internasional. Sebenarnya yang ada dalam kajian studi Hubungan Internasional sangat dekat dengan kehidupan kita. Mulai dari kebutuhan primer hingga tersier ada dalam kajian studi Hubungan Internasional. Mulai dari makanan, pakaian, alat transportasi, dan lain sebgainya.

Untuk 30052013



Tepatnya 30 mei 2013. Tak ada tiupan lilin saat itu. Kue cantik yang di bawa oleh sekelompok remaja putri juga tak ada. Bangun karena rambut sudah penuh dengan bedak bayi berwarna putih, dengan taburan tepung di wajah juga tak ku jumpai saat itu. Aku terbangun karena dering HP, panggilan dari seorang teman pada dini hari.

“fenomena seperti apa?”



Berbeda dari biasanya. Ku lihat jalanan yang sepi dari banyak kendaraan tadi. Mungkin sebagian diantara mereka yang biasanya menelusuri jalanan itu sedang letih dan akhirnya beristirahat. Yah, itu menjadi kewajaran karena di siang hari jalanan itu memang di penuhi dengan orang-orang yang beraktifitas atau sekedar menjadi jembatan menuju aktifitas mereka.

Minggu, 02 Juni 2013

penyejuk hati sore ini



Indahnya lantunan Al Quran menimbulkan rasa damai dalam hati. Megingangatkan tentang beberapa saat yag lalu. Dalam ruangan besar yang sedikit tertutup. Tempat sejuk dan indah. Terkesan mengurung karena menjadi proses untuk sampai pada kehidupan dengan cara dan aturan yang sedikit berbeda. Mulai beradaptasi dengan banyak rintangan karena mandiri menjadi tujuan yang sering digemborkan dan bahkan manjadi hal pertama yang mampu ku capai. Kesendirian dan rasa sepi tak ada lagi di sana. Selalu bersama dan kekluargaan adalah lukisan yang terpampang nyata di setiap rutinitas yang akhirnya membawa pada sebuah titik senyum kebahagiaan.